detikSport | Tiga Faktor yang Menghancurkan Barcelona http://m.detik.com/sepakbola/read/2013/04/24/162739/2229458/1480/tiga-faktor-yang-menghancurkan-barcelona
akarta - Mengalahkan Barcelona dengan skor telak 4-0 saat masih ada Xavi Hernandez, Andres Iniesta dan Lionel Messi di dalam skuatnya bukan sebuah imajinasi. Bayern Munich malam tadi berhasil melakukannya.
Sebelumnya hanya imajinasi yang memungkinkan Barcelona kalah 4-0. Orang akan berpikir, kendati sudah tidak ditangani Pep Guardiola, selama masih ada Xavi, Iniesta dan Messi, mustahil Barca bisa dikalahkan dengan skor setelak itu. Tapi Bayern Munich melakukannya semalam, saat Messi [katakanlah] belum dibeli konsorsium Paris Saint Germain, Xavi belum pensiun, Iniesta masih bugar dan Pique belum kembali ke Old Trafford.
Inter Milan era Mourinho, Chelsea era Di Matteo atau Milan di musim ini pernah mengalahkan Barcelona. Tapi tidak ada satu pun tim di Liga Champions dalam 16 tahun terakhir yang bisa mengalahkan Barcelona setelak itu. Terakhir kali Barcelona kalah 0-4 di Liga Champions terjadi pada 1997, saat dikalahkan oleh Dinamo Kiev di fase grup, lewat hattrick Andriy Shevchenko [tentu saja saat itu Sheva belum diincar Mitra Kukar].
Bagaimana dan dengan cara apa tim asuhan Juup Heynckes ini menghancurkan generasi emas Barcelona dengan skor yang sangat telak?
Cara yang Berbeda dari Bayern Munich
Jika Inter [Thiago-Cambiasso-Zanetti], Chelsea [Mikel-Lampard-Meireles] dan Milan [Ambrosini-Muntari-Montolivo] memasang 3 gelandang tengah untuk melindungi garis pertahanan saat mengalahkan Barca, Bayern konsisten hanya menempatkan Martinez dan Schweinsteiger sebagai double-pivot guna melindungi pertahanannya. Dengan sesekali Thomas Mueller ikut membantu pertahanan dengan mengganggu Busquets, Bayern tadi malam tak perlu memarkir bus sebagaimana Inter atau Chelsea.
Perbedaan lainnya adalah kedua flank Bayern, Ribery dan Robben, bergerak dengan kompak baik dalam bertahan dan menyerang. Tidak ada salah satu dari keduanya yang lebih ditugaskan bertahan sebagaimana Shaarawy-Boateng di Milan [dengan Shaarawy banyak menunggu di depan] atau Mata-Ramires di Chelsea di era di Matteo [dengan Ramires lebih sering berada di depan]. Ribery dan Robben turun bertahan saat diserang dan sama-sama aktif naik ke atas saat menyerang.
Perlu juga dicatat, kendati kerap memanfaatkan serangan balik, Bayern tidak seperti Inter, Chelsea atau Milan yang melakukannya dengan umpan-umpan panjang. Anak asuhan Juup Heynckes melakukannya dengan rapi, merayap dari tengah, lalu ke depan dengan memanfaatkan Muller atau melebar ke sayap melalui Robben dan Ribery.
Inilah tiga hal yang membuat Munich bisa menghancurkan Barca:
1. Taktik Bayern Saat Bertahan
Chalkboard di bawah ini menggambarkan produksi umpan Barcelona di sepanjang pertandingan. Yang sangat mencolok dari chalkboard ini adalah minim sekali umpan Barca di dalam dan di depan kotak penalti Bayern [biru adalah umpan suksesdan merah umpan gagal]. Area di depan kotak penalti Bayern bahkan nyaris bersih dari umpan Barca.
akarta - Mengalahkan Barcelona dengan skor telak 4-0 saat masih ada Xavi Hernandez, Andres Iniesta dan Lionel Messi di dalam skuatnya bukan sebuah imajinasi. Bayern Munich malam tadi berhasil melakukannya.
Sebelumnya hanya imajinasi yang memungkinkan Barcelona kalah 4-0. Orang akan berpikir, kendati sudah tidak ditangani Pep Guardiola, selama masih ada Xavi, Iniesta dan Messi, mustahil Barca bisa dikalahkan dengan skor setelak itu. Tapi Bayern Munich melakukannya semalam, saat Messi [katakanlah] belum dibeli konsorsium Paris Saint Germain, Xavi belum pensiun, Iniesta masih bugar dan Pique belum kembali ke Old Trafford.
Inter Milan era Mourinho, Chelsea era Di Matteo atau Milan di musim ini pernah mengalahkan Barcelona. Tapi tidak ada satu pun tim di Liga Champions dalam 16 tahun terakhir yang bisa mengalahkan Barcelona setelak itu. Terakhir kali Barcelona kalah 0-4 di Liga Champions terjadi pada 1997, saat dikalahkan oleh Dinamo Kiev di fase grup, lewat hattrick Andriy Shevchenko [tentu saja saat itu Sheva belum diincar Mitra Kukar].
Bagaimana dan dengan cara apa tim asuhan Juup Heynckes ini menghancurkan generasi emas Barcelona dengan skor yang sangat telak?
Cara yang Berbeda dari Bayern Munich
Jika Inter [Thiago-Cambiasso-Zanetti], Chelsea [Mikel-Lampard-Meireles] dan Milan [Ambrosini-Muntari-Montolivo] memasang 3 gelandang tengah untuk melindungi garis pertahanan saat mengalahkan Barca, Bayern konsisten hanya menempatkan Martinez dan Schweinsteiger sebagai double-pivot guna melindungi pertahanannya. Dengan sesekali Thomas Mueller ikut membantu pertahanan dengan mengganggu Busquets, Bayern tadi malam tak perlu memarkir bus sebagaimana Inter atau Chelsea.
Perbedaan lainnya adalah kedua flank Bayern, Ribery dan Robben, bergerak dengan kompak baik dalam bertahan dan menyerang. Tidak ada salah satu dari keduanya yang lebih ditugaskan bertahan sebagaimana Shaarawy-Boateng di Milan [dengan Shaarawy banyak menunggu di depan] atau Mata-Ramires di Chelsea di era di Matteo [dengan Ramires lebih sering berada di depan]. Ribery dan Robben turun bertahan saat diserang dan sama-sama aktif naik ke atas saat menyerang.
Perlu juga dicatat, kendati kerap memanfaatkan serangan balik, Bayern tidak seperti Inter, Chelsea atau Milan yang melakukannya dengan umpan-umpan panjang. Anak asuhan Juup Heynckes melakukannya dengan rapi, merayap dari tengah, lalu ke depan dengan memanfaatkan Muller atau melebar ke sayap melalui Robben dan Ribery.
Inilah tiga hal yang membuat Munich bisa menghancurkan Barca:
1. Taktik Bayern Saat Bertahan
Chalkboard di bawah ini menggambarkan produksi umpan Barcelona di sepanjang pertandingan. Yang sangat mencolok dari chalkboard ini adalah minim sekali umpan Barca di dalam dan di depan kotak penalti Bayern [biru adalah umpan suksesdan merah umpan gagal]. Area di depan kotak penalti Bayern bahkan nyaris bersih dari umpan Barca.